Sebuah catatan atas perkataan ngawur dari Hasyim Muzadi dan Gus Sholah

21 04 2009

new1a

Sebuah catatan atas perkataan ngawur dari Hasyim Muzadi dan Gus Sholah tentang Fenomena Ponari

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty

Fenomena Ponari benar-benar membuat gempar bangsa ini, tak pelak semua elemenpun memperlihatkan reaksinya, orang yang tidak perduli atau melalaikan agamanya orang yang paling pertama terseret ke kelamnya kesyirikan di fenomena Ponari, sebagian para  pebisnis dan ahli dunia orang yang terdepan meraup keuntungan di fenomena Ponari walaupun aqidah ummat menjadi taruhan dan elemen yang lainya dari bangsa inipun berkomentar sesuai dengan latar belakang kehidupan dan pendidikan masing-masing tak ketinggalan orang yang ditokohkan Hasyim Muzadi dan Gus Sholeh pun berkomentar dengan komentar ngawur tentang fenomena Ponari, tulisan sederhana ini sebuah nasehat dan upaya membendung dampak dari perkataan mereka berdua dan perkataan yang semisal mereka, karena tidak menutup kemungkinan ada yang mengambil perkataan mereka berdua atau yang semisal dengan perkataan mereka,  dan menyakini sebagai kebenaran dan mengamalkannya.

Baca entri selengkapnya »





Menyapa Para Dukun dan Tukang Sihir di Indonesia

21 04 2009

new1a


( sebuah perlawanan atas kesombongan dan upaya penyesatan aqidah ummat oleh para dukun dan tukang sihir )


Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty

Dukun kampung dukun DKI

Hingga dukun gunung merapi

Bikin sesat ummat dinegeri

Kemungkaran yang harus diingkari

Ku bawakan Hadist Nabi

Untuk diamalkan sehari-hari


Dari Abu Said Al-Khudry Radiyalallahu ‘Anhu

berkata, Bahwasanya Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassam

bersabda : “Barangsiapa diantara kalian melihat

kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya,

apabila tidak mampu maka dengan lisannya,

apabila tidak mampu maka dengan hatinya

demikian itu selemah-lemah iman “ ( HR. Muslim )


Berkata Syaikh Sholeh Al-Fauzan :

” Wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk

memperhatikan permasalahan ini (bahaya

dukun dan tukang sihir)  dan supaya kalian

memperingatkan dari bahaya mereka,

mengingkarinya, karena kebanyakan

manusia  tersamar dari pengetahuan

tentang masalah ini dan tertipu oleh mereka

(Iaanatul Mustafid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan,

jilid 1 hal 376)


Ku hadirkan nama-nama dukun dinegeri

Memperingatkan ummat agar berhati-hati

Dari kesesatan si dukun keji

Kekejiannya banyak sekali


Ki Gendeng Pamungkas

Pertemuan dukun Voodoo diikuti

Dengan bangga diwawancarai

Aku seorang dukun kata beliau sendiri

Yang mengikuti pertemuan dukun sedunia ini

Dasar Ki Gendeng ngga tahu diri

Kekafiran dijadikan kebanggaan diri


Kubawakan perkataan Mufti

Salah seorang ulama Saudi

Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahulah :

(Setelah menyebutkan beberapa hadist)

“Sebagaimana di dalam hadits ini sebagai

dalil atas kafirnya dukun dan tukang shir

dikarenakan keduanya mengaku mengetahui

perkara yang ghaib, yang demikian itu perbuatan

kekafiran dikarenakan keduanya tidak bisa

mendapatkan yang mereka inginkan kecuali dengan

Melayani jin dan beribadah kepadanya dari selain

Allah, yang demikian itu merupakan perbuatan

kekufuran dan syirik kepada Allah Subhanah,

dan jika membenarkan mereka mengetahui perkara

yang ghaib maka hukumnya seperti mereka (Kafir) “

(Hukmu Sihri wal Kaahanah wa ma yata’alaq biha,

Syaikh Ibnu Baaz : 7-8 )

Baca entri selengkapnya »





Pujian Para Ulama Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

18 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Keharuman nama beliau tidak hanya diakui oleh sahabat dan murid-murid beliau. Bahkan sebagian seteru beliau juga memberikan sanjungan tidak hanya berkaitan dengan keilmuan beliau tapi juga pribadinya.

Di antara mereka adalah Al-Qadhi Ibnu Makhluf yang juga lawan beliau, sebagaimana telah dinukil sebelumnya.
Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullahu, seorang ulama yang ahli dalam dua mazhab; Maliki dan Syafi’i, menceritakan pengalamannya ketika berkumpul dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu: “Saya lihat dirinya, dalil itu seolah-olah ada di depan matanya. Dia ambil mana yang dia mau dan dia tinggalkan mana yang dikehendakinya.”
Ibnu Az-Zamlakani rahimahullahu, juga mengatakan: “Terkumpul pada dirinya (Ibnu Taimiyah) syarat-syarat seorang mujtahid secara sempurna. Dia mempunyai andil besar dalam karya-karya bermutu, ungkapannya yang bernas dan sistematis.”
Secara khusus, beliau memberi pujian terhadap karya Syaikhul Islam yang berjudul Raf’ul Malam ‘an A’immatil A’lam. Kata beliau: “(Ini) adalah karya tulis Asy-Syaikh Al-Imam, Al-‘Alim Al-‘Allamah, tidak ada tandingannya, hafizh mujtahid, tokoh zahid ahli ibadah, teladan, imam para imam, panutan umat, keagungan ulama, pewaris para Nabi, barakah Islam, hujjatul Islam, pemberantas bid’ah, menghidupkan sunnah. Bagian dari anugerah besar yang Allah k berikan kepada kita, yang dengannya tegaklah hujjah terhadap musuh-musuh-Nya.”
Lalu beliau menulis beberapa bait memuji Syaikhul Islam:

Baca entri selengkapnya »





Pandangan Syaikhul Islam dalam Masalah Uluhiyah

18 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak

Ibadah merupakan hikmah diciptakannya jin dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Karena demikian pentingnya masalah ini maka dakwah semua rasul adalah dakwah kepada tauhid uluhiyah menyeru manusia untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengingkari sesembahan yang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Tidaklah Kami utus seorang rasulpun sebelum engkau kecuali Kami wahyukan kepada-Nya bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku maka beribadahlah kalian kepada-Ku.” (Al-Anbiya’: 25)
Asy-Syaikh Sulaiman berkata: “Tauhid uluhiyah adalah kewajiban yang pertama dan terakhir dalam agama ini, batin dan lahirnya. Tauhid uluhiyah1 adalah awal dakwah para rasul.” (lihat Taisirul ‘Azizil Hamid, hal. 22)
Karena masalah uluhiyah ini adalah permasalahan yang paling penting maka para ulama Ahlus Sunnah banyak membahas permasalahan ini. Bahkan merupakan satu ciri dakwah Ahlus Sunnah adalah dakwah kepada tauhid uluhiyah.
Di antara sekian ulama Ahlus Sunnah yang banyak membahas permasalahan ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu. Dalam tulisan ini kami akan sebutkan sebagian kecil pandangan-pandangan beliau tentang masalah uluhiyah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Menciptakan Kita untuk Beribadah kepada-Nya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

‘Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku’.” (Adz-Dzariyat: 56) [Lihat Majmu’ Fatawa, 1/4]

Baca entri selengkapnya »





Tuduhan dan Kedustaan Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

17 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Syaikhul Islam pernah mengungkapkan: “Di antara Sunnatullah yang ada, apabila Dia ingin menampakkan dien-Nya, maka Dia munculkan pula orang yang akan menentang ajaran dien-Nya. Lalu Dia membenarkan al-haq itu dengan firman-firman-Nya, dan Dia melontarkan yang haq kepada yang batil (lalu yang haq itu menghancurkannya), maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.”
Seteru Syaikhul Islam rahimahullahu sangat banyak. Mulai dari yang sezaman dengan beliau hingga zaman kita ini. Umumnya mereka adalah musuh-musuh aqidah salafus shalih. Sebab itulah, kebanyakan mereka menyerang beliau dalam masalah aqidah, berlanjut kepada hal-hal yang terkait, seperti metode penerimaan ilmu (talaqqi) dan penggunaan dalil (istidlal).
Sehingga untuk memilah lawan-lawan beliau menjadi beberapa bagian cukup sulit. Sebagai contoh, mereka yang terang-terangan memusuhi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dari kalangan ahli fiqih justru memiliki keyakinan aqidah Asy’ariyah. Sementara itu banyak di kalangan tokoh Asy’ariyah berpahaman tarekat Sufiyah. Bahkan cukup banyak pula mereka yang berpegang pada ajaran filsafat.
Yang jelas, di manapun dan kapanpun, ahlul batil senantiasa bersatu padu mengarahkan serangannya kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hingga saat ini.
Salah seorang murid beliau, Al-Imam Abu Hafsh Al-Bazzar rahimahullahu (wafat 749 H), dengan ungkapan yang sangat mengesankan berkata:
“Ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu senantiasa meraih dunia dengan (memanfaatkan) ajaran dien ini. Mereka saling dukung dan membantu satu sama lain di dalam memusuhi beliau. Bahkan selalu mencurahkan segenap daya upaya mereka untuk melenyapkan Syaikhul Islam. Tidak segan-segan mereka menyerang beliau dengan kedustaan yang nyata, menisbahkan kepada beliau hal-hal yang tidak pernah beliau nukil dan tidak pernah beliau ucapkan, bahkan tidak pula ditemukan dalam tulisan dan fatwa beliau, atau di majelis ilmu yang beliau adakan. Apakah kamu kira mereka tidak tahu bahwa mereka akan ditanya dan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang semua itu?

Baca entri selengkapnya »





Sumbangsih Ibnu Taimiyah Terhadap Islam

17 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, pembaru agung itu telah wafat berabad-abad yang lalu di dalam penjara Damaskus, sesudah melakukan jihad panjang di dalam hidupnya. Melalui pena dan lisannya yang tajam berisi, beliau runtuhkan sendi-sendi kesesatan ahli bid’ah dan ahli ahwa’ dari kalangan ahli filsafat, ahli kalam, kaum tarekat Sufiyah, Syi’ah Rafidhah, Nushairiyah, kaum salibis maupun Yahudi serta yang lainnya.

Zaman Syaikhul Islam hidup adalah zaman di mana tersebar berbagai kebid’ahan dan kesesatan, kejahilan, dan taklid buta. Ditambah lagi, negara-negara Islam saat itu dalam bahaya besar yang mengancam, yaitu bangsa Tartar yang mulai menyerang pelbagai wilayah Timur Tengah.
Dalam kondisi seperti inilah Syaikhul Islam senantiasa berdiri tegar menghadang laju musuh-musuh Islam, baik dari kalangan ahli bid’ah maupun orang-orang kafir. Beliau berpindah dari satu majelis ke majelis lainnya, dari satu medan perang ke kancah pertempuran lainnya. Beliau berjuang, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, memberi nasihat, menjelaskan dan membongkar berbagai kesesatan firqah-firqah sesat serta berusaha mengembalikan kaum muslimin kepada ajaran Islam yang murni.
Syaikhul Islam rahimahullahu telah meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya. Bahkan ini merupakan salah satu rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memelihara peninggalan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Betapa banyak warisan-warisan ilmiah para ulama besar masih tersimpan sebagai manuskrip. Belum dapat dipetik faedahnya oleh kaum muslimin, bahkan sebagiannya hilang atau mungkin tersimpan di perpustakaan-perpustakaan besar di seluruh dunia. Wallahul musta’an.
Beliau adalah pelopor setiap kebangkitan umat Islam di belahan bumi manapun. Umat yang terbimbing menuju jalan yang lurus tentu tidak akan lupa jasa besar beliau dalam menjelaskan rambu-rambu dan simbol-simbol Islam yang hampir pudar di bawah tumpukan bid’ah, hawa nafsu, adat istiadat, taklid, kedustaan, dan berbagai kebatilan. Sungguh, warisan Syaikhul Islam bersambung dengan kehidupan umat ini, dan akan terus demikian.

Baca entri selengkapnya »





Sang Bulan Purnama SYAIKHUL ISLAM

17 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin

Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)

Baca entri selengkapnya »





Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

17 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Ahli bid’ah dan ahlul batil senantiasa memiliki kepentingan dan ambisi di bawah payung kebid’ahan mereka. Setiap kali muncul ulama As-Sunnah yang menghadang mereka maka runtuhlah kepentingan dan ambisi tersebut. Sehingga merekapun berusaha menjauhkan kaum muslimin dari ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Sunnatullah sendiri berlaku pada setiap hamba-Nya, Dia menggilirkan kemenangan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Kadang Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berkuasa, kadang ahli bid’ah dan sesat yang menjajah.
Salah satu tanda kekuasaan dan taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah memunculkan di tiap seratus tahun, tokoh yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi para pemeluknya. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

“Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini, di tiap ujung seratus tahun, orang yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi pemeluknya.” (HR. Abu Dawud no. 3740)
Di antara para mujaddid (pembaru) tersebut adalah Syaikhul Islam Taqiyyuddin Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdus Salam bin ‘Abdullah bin Al-Khadhir bin Muhammad bin Al-Khadhir bin ‘Ali bin ‘Abdullah bin Taimiyah Al-Harrani Ad-Dimasyqi Al-Hanbali. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan rahmat-Nya yang luas dan menempatkan beliau di dalam surga-Nya.

Nasab dan Kelahiran

Beliau adalah Syaikhul Islam Taqiyyuddin Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdus Salam bin ‘Abdullah bin Al-Khadhir bin Muhammad bin Al-Khadhir bin ‘Ali bin ‘Abdullah bin Taimiyah Al-Harrani. Nasab beliau berujung pada kabilah ‘Arab Qaisiyah dari Bani Numair bin ‘Amir bin Sha’sha’ah dari Qais ‘Ailan bin Mudhar. Adapula yang mengatakan dari Bani Sulaim bin Manshur dari Qais ‘Ailan bin Mudhar. 1)
Ulama besar, penghancur bid’ah, mujaddid dan mujahid yang agung ini -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau- dilahirkan pada hari Senin, tanggal 10 Rabi’ul Awwal tahun 661 H di desa Harran, sebuah desa yang terletak di antara Syam (mencakup Palestina, Suriah, Jordania, dan Lebanon) dan Irak, sebelah tenggara Turki sekarang. Beliau lahir di saat mulai meletusnya gelombang ekspansi bangsa Mongol (Tartar) ke beberapa wilayah sekitarnya termasuk Timur Tengah. Bangsa ini, yang disatukan kembali oleh Jenghis Khan tidak hanya menjarah daratan Cina, tapi juga menyerang Timur Tengah bahkan sampai ke seberang lautan (sampai ke Indonesia).

Baca entri selengkapnya »





Kedudukan Ulama’ dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah

15 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadz Abul ‘Abbas Muhammad Ihsan

Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutkan keutamaan ilmu dan ahlul ilmi dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata (Kitabul ‘Ilmi, hal. 13): “Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berupa bayyinah (penjelas) dan huda (petunjuk). Maka, ilmu yang mengandung pujian dan keutamaan adalah ilmu wahyu, ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menfaqihkan (menjadikan dia paham) akan agama.” (Muttafaqun ‘alaih dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu)

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang banyak.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6298 dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata (Syarh Riyadhish Shalihin, 3/434): “Tidaklah mewarisi dari para nabi kecuali para ulama. Maka merekalah pewaris para nabi. Merekalah yang mewarisi, ilmu, amal dan tugas membimbing umat kepada syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Oleh karena itu, termasuk perkara yang sangat penting untuk kita ketahui dan pahami adalah manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka dan menempatkan mereka pada kedudukannya. Itulah tanda barakahnya ilmu dan rasa syukur kita dengan masih banyaknya para ulama di zaman ini.

Baca entri selengkapnya »





Jagalah Lisanmu

10 03 2009

new1a

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terlimpah kepada kita tiada terbilang hingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (Ibrahim: 34)

Dia Yang Maha Suci juga berfirman:

وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً

“Dan Dia telah mencurahkan nikmat-Nya yang lahir dan yang batin kepada kalian.” (Luqman: 20)
Di antara sekian banyak nikmat-Nya adalah lisan atau lidah yang dengannya seorang hamba dapat mengungkapkan keinginan jiwanya.

أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ. وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ

“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan, dan dua bibir?” (Al-Balad: 8-9)
Dengan lisan ini, seorang hamba dapat terangkat derajatnya dengan beroleh kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca entri selengkapnya »





Islam tak Menghalalkan Segala Cara

7 03 2009

new1a


Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc

Telah berlalu suatu masa yang diabadikan dalam sejarah sebagai masa jahiliah. Umat manusianya dilanda krisis keimanan dan haus akan siraman rohani. Perilakunya menyimpang dari norma-norma luhur dan agama yang suci. Lorong-lorong kehidupannya pun dikotori sampah-sampah kesyirikan dan kemaksiatan. Sementara pelita keimanan dan rambu-rambu akhlak mulia telah lama redup (di tengah mereka) bahkan tak menyisakan satu cahaya. Tak heran bila corak kehidupannya adalah persembahan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, kebejatan akhlak dan dekadensi moral. Betapa pengap dan gelapnya lorong-lorong kehidupan di masa itu, sehingga membuat dada setiap orang yang melaluinya sesak lagi sempit.
Di kala umat manusia terenyak bingung dalam kegelapan dan kepengapan tersebut, terbitlah mentari kenabian Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bercahayakan Islam (dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala), menyinari segala kegelapan dan menghilangkan segala kepengapan dengan pancaran iman dan akhlak mulia yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Hai Ahli Kitab, telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari Al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan (Al-Qur’an). Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16)

Baca entri selengkapnya »





Menyapa Fenomena Ponari dan yang semisalnya

2 03 2009

new1a

( Menyingkap di balik keajaiban Ponari dan sebuah nasehat untuk kaum muslimin )

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al – Jakarty

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa ikhwan (teman) terlibat pembicaraan. Sampai pada sebuah informasi tentang Ponari yang terlontar dari salah satu ikhwan, yang membuat saya berkomentar ketika itu, setelah beberapa hari dari pembicaraan tersebut saya baru mempunyai kesempatan untuk mencari tahu lebih dalam informasi tentang Ponari, ternyata kenyataan fenomena Ponari ini membuat saya kaget sekaligus menyapa keimanan didalam hati, sayapun yakin seperti itu juga ikhwan – ikhwan yang lain, keimanan siapa yang tidak tersentuh perbuatan syirik dilakukan didepan mata, keimanan siapa yang tidak tersentuh kesesatan dikampanyekan dihadapan kita, keimanan siapa yang tidak tersentuh melihat kaum muslimin tersesat dikelamnya kebodohan, keimanan siapa tidak tersentuh ditengah keterprosokkan kaum muslimin kepada kesyirikan ada pihak yang malah mencari keuntungan. Lahaula wala Quwata illa Billah, kemudian terbetiklah untuk menulis tulisan sederhana ini dengan harapan semoga bermanfaat.

Pertama : Ponari dan kebenaran ceritanya

Ada satu hal yang ingin saya tekankan disini yaitu untuk tidak terlalu mudah menerima atau mempercayai berita yang seperti ini, apalagi hanya dari mulut kemulut. Wahai saudaraku…., marilah kita berpikir sejenak, apakah orang yang menceritakan kejadian Ponari orang yang terpercaya agamanya sehingga timbul rasa takut untuk berbohong dalam bercerita atau menambah – nambahin dalam cerita tersebut ….??!! atau apakah mereka orang yang paham terhadap Aqidah yang benar atau paham ini perkara tauhid dan ini perkara syirik sehingga bisa menyaring kabar yang masuk ke dirinya….??!! Jawablah wahai saudaraku….

Baca entri selengkapnya »





Tahdzir Ulama atas Ali Hasan : Tanggapan Syaikh Rabi’ ibn Haadi al Madkhali

19 02 2009

بسم الله الرحمن الرحيم

new1a

Melengkapi khazanah pengetahuan kita tentang ‘pembonsaian’ masalah, seakan-akan hanya ‘pertikaian’ antara syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafidhahullah vs Ali Hasan Al Halabi. Tidak perlu disebutkan di blog mana saudara kita membahasnya, marilah kita simak baris-baris berikut ini.
1. Tanggapan Syaikh Rabi’ Ibn Hadi al Madkhali

Disana tertera ditulis pada tanggal 29 Januari 2009 atau 2 Shafar 1430 H, berikut selengkapnya, Husain Al-Qalami menulis :
“Salah seorang thalabatul ‘ilmi telah bertanya kepada Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah ta’ala tentang pendapat beliau terhadap bantahan Asy-Syaikh Ahmad Bazmul terhadap Asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi, dan tentang masalah penerapan kaidah al-jarh al-mufassar (oleh Asy-Syaikh ‘Ali) yang dikritik oleh Ahmad Bazmul.

Maka Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah berkata :
Aku telah membacanya, dan itu merupakan bantahan yang sangat kuat. (Risalah) tersebut telah menyingkap banyak permasalahan yang Asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan telah salah padanya dan ia jauh dari kebenaran.

Tentang masalah kaidah al-Jarhul Mufassar sungguh Asy-Syaikh Ahmad Bazmul sangat bagus dalam kritikannya terhadap Asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan.”

Baca entri selengkapnya »





Peringatan Maulid Nabi Dalam Timbangan Islam

17 02 2009

new1a

Sejarah Peringatan Hari Maulid Nabi صلى الله عليه وسلم Bulan Rabi’ul Awwal dikenang oleh kaum muslimin sebagai bulan maulid Nabi, karena pada bulan itulah, tepatnya pada hari senin tanggal 12, junjungan kita nabi besar Muhammad dilahirkan, menurut pendapat jumhur ulama. Mayoritas kaum muslimin pun beramai-ramai memperingatinya karena terdorong rasa mahabbah (kecintaan) kepada beliau, dengan suatu keyakinan bahwa ini adalah bagian dari hari raya Islam, bahkan terkategorikan sebagai amal ibadah mulia yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Lalu sejak kapankah peringatan ini diadakan?
Al Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al ‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi- mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H hingga 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah. (Al Bidayah Wan Nihayah 11/172). Demikian pula yang dinyatakan oleh Al Miqrizi dalam kitabnya Al Mawaa’izh Wal I’tibar 1/490. (Lihat Ash Shufiyyah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hal. 43)

Adapun Asy Syaikh Ali Mahfuzh maka beliau berkata: “Di antara pakar sejarah ada yang menilai, bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi ialah para raja kerajaan Fathimiyyah di Kairo, pada abad ke-4 H. Mereka menyelenggarakan enam perayaan maulid, yaitu maulid Nabi, maulid Imam Ali Radhiyallahu ‘Anhu, maulid Sayyidah Fathimah Az Zahra, maulid Al Hasan dan Al Husain, dan maulid raja yang sedang berkuasa. Perayaan-perayaan tersebut terus berlangsung dengan berbagai modelnya, hingga akhirnya dilarang pada masa Raja Al Afdhal bin Amirul Juyusy. Namun kemudian dihidupkan kembali pada masa Al Hakim bin Amrullah pada tahun 524 H, setelah hampir dilupakan orang. (Al Ibda’ Fi Mazhahiril Ibtida’ , hal. 126 Baca entri selengkapnya »





SYARAT-SYARAT TAUHID

4 02 2009

new1a

Ustadz Muhammad Umar Assewed

Kalimat tauhid mempunyai keuta-maan yang sangat agung. Dengan kalimat tersebut seseorang akan dapat masuk surga dan selamat dari api neraka. Sehingga dikata-kan bahwa kalimat tauhid merupakan kunci surga. Barangsiapa yang akhir kalimatnya adalah لا إله إلا الله maka dia termasuk ahlul jannah (penghuni surga).

Namun sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh dalam kitab Fathul Majid bahwa setiap kunci memiliki gigi-gigi. Dan tanpa gigi-gigi tersebut tidak dapat dikatakan kunci dan tidak bisa dipakai untuk membuka. Gigi-gigi pada kunci surga tersebut adalah syarat-syarat لا إله إلا الله Barang siapa memenuhi syarat-syarat tersebut dia akan mendapatkan surga, sedangkan barang-sapa yang tidak melengkapinya maka ucapannya hanya igauan tanpa makna.

Baca entri selengkapnya »