( sebuah perlawanan atas kesombongan dan upaya penyesatan aqidah ummat oleh para dukun dan tukang sihir )
Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty
Dukun kampung dukun DKI
Hingga dukun gunung merapi
Bikin sesat ummat dinegeri
Kemungkaran yang harus diingkari
Ku bawakan Hadist Nabi
Untuk diamalkan sehari-hari
Dari Abu Said Al-Khudry Radiyalallahu ‘Anhu
berkata, Bahwasanya Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassam
bersabda : “Barangsiapa diantara kalian melihat
kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya,
apabila tidak mampu maka dengan lisannya,
apabila tidak mampu maka dengan hatinya
demikian itu selemah-lemah iman “ ( HR. Muslim )
Berkata Syaikh Sholeh Al-Fauzan :
” Wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk
memperhatikan permasalahan ini (bahaya
dukun dan tukang sihir) dan supaya kalian
memperingatkan dari bahaya mereka,
mengingkarinya, karena kebanyakan
manusia tersamar dari pengetahuan
tentang masalah ini dan tertipu oleh mereka
”(Iaanatul Mustafid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan,
jilid 1 hal 376)
Ku hadirkan nama-nama dukun dinegeri
Memperingatkan ummat agar berhati-hati
Dari kesesatan si dukun keji
Kekejiannya banyak sekali
Ki Gendeng Pamungkas
Pertemuan dukun Voodoo diikuti
Dengan bangga diwawancarai
Aku seorang dukun kata beliau sendiri
Yang mengikuti pertemuan dukun sedunia ini
Dasar Ki Gendeng ngga tahu diri
Kekafiran dijadikan kebanggaan diri
Kubawakan perkataan Mufti
Salah seorang ulama Saudi
Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahulah :
(Setelah menyebutkan beberapa hadist)
“Sebagaimana di dalam hadits ini sebagai
dalil atas kafirnya dukun dan tukang shir
dikarenakan keduanya mengaku mengetahui
perkara yang ghaib, yang demikian itu perbuatan
kekafiran dikarenakan keduanya tidak bisa
mendapatkan yang mereka inginkan kecuali dengan
Melayani jin dan beribadah kepadanya dari selain
Allah, yang demikian itu merupakan perbuatan
kekufuran dan syirik kepada Allah Subhanah,
dan jika membenarkan mereka mengetahui perkara
yang ghaib maka hukumnya seperti mereka (Kafir) “…
(Hukmu Sihri wal Kaahanah wa ma yata’alaq biha,
Syaikh Ibnu Baaz : 7-8 )
Komentar Antum